FASILITATOR OUTBOUND

Fasilitator adalah orang yang bertugas memberikan materi kegiatan outbound kepada peserta kegiatan. Dalam kegiatan outbound, seorang fasilitator memancing peserta untuk menyelesaikan tantangan yang diberikan. Seorang fasilitator juga bisa dikategorikan sebagai pemandu kegiatan.

Sebagai seorang pemandu, seorang fasilitator bertugas mengarahkan peserta kegiatan yang didampinginya untuk memasuki sebuah situasi kompleks, sebuah situasi yang sudah dirancang sedemikian rupa agar peserta kegiatan mampu melihat suatu permasalahan yang hanya bisa diselesaikan dalam kerangka kelompok. Disinilah peran penting seorang fasilitator dimana dengan kreatifitasnya dia harus mampu menyelaraskan posisi diri disamping peserta kegiatan outbound tanpa harus mengkontaminasi dinamika kelompok peserta.

Seorang fasilitator outbound harus mampu memberi motivasi kepada seluruh peserta untuk berpartisipasi aktif mengikuti sessi demi sessi kegiatan outbound, dia juga harus mampu menjaga konsistensi Learning Proses seluruh anggota kelompok peserta yang didampinginya.

Untuk menjadi seorang fasilitator ada beberapa hal yang perlu diperhatikan karena pada perkembangan saat ini tugas fasilitator juga mengalami perkembangan. Cara penyampaian materipun mengharuskan seorang fasilitator memiliki daya kreatifitas lebih.

Seorang fasilitator kegiatan outbound harus memiliki syarat-syarat minimal sebagai berikut :

a.    Memiliki kemampuan komunikasi yang baik, mampu memilih kata-kata yang tepat pada kondisi dan      situasi apapun
b.    Memiliki kemampuan untuk bersikap eksresif dalam berperilaku didepan peserta kegiatan
c.    Memiliki pengetahuan cukup mengenai disiplin ilmu kegiatan outbound
d.    Bersikap tegas dan mampu menjaga wibawa
e.    Memiliki Basic Self Confidence yang kuat
f.     Memahami Prinsip Team Work dan Dinamikanya
g.    Peka terhadap pola perilaku dan kondisi peserta kegiatan outbound
h.    Mampu bersikap netral dalam menghadapi konflik peserta kegiatan, baik individu maupun kelompok
i.     Menguasai manajemen keselamatan serta keamanan peserta kegiatan outbound

Apa beda Fasilitator dengan pemimpin? 
Pemimpin dan fasilitator sama-sama mengajak orang untuk mencapai apa yang menjadi tujuan organisasi atau kelompok. Dalam organisasi istilah pemimpin lebih mewakili hubungan atas-bawah, sedangkan fasilitator mewakili hubungan kerjasama-dalam-kesetaraan.

Kelompok organisasi yang diketuai pemimpin, artinya pemimpin di atas dan anggotanya ada di bawah pimpinannya. Pemimpinlah yang berpikir, melakukan, dan jika perlu memaksa semua anggota yang dianggap bawahannya untuk bertindak sesuai apa yang dianggapnya benar. Seolah anggota bekerja untuk pemimpin mereka. Akibatnya hubungannya menjadi formal, kaku, dan lebih mudah terjadi konflik, pertentangan. Karena itu tidak semua merasa memiliki ’proyek’ atau ’tugas’ , atau paling tidak jika berhasil, keberhasilan itu seolah menjadi ’milik’ pemimpin dan bukan anggota. Ini tidak terjadi dalam kepemimpinan fasilitator.Sedangkan organisasi yang dikelola fasilitator menerapkan hubungan kesetaraan, dalam arti: fasilitator dan anggota tim dalam bekerja bersama-sama membentuk lingkaran dan mengelilingi pusat (yaitu tujuan) yang disepakati untuk dicapai bersama. Pembagian tugas, informasi, dan pekerjaan dilakukan sedemikian rupa sehingga jika terselesaikan, keberhasilannya menjadi milik bersama. Semua merasa memiliki jarak dan kesempatan yang sama untuk mencapai tujuan melalui porsi tugas masing-masing.
 
Pola pikir menempatkan diri sebagai fasilitator inilah yang akan dibahas lebih rinci dalam tulisan ini, agar pengembangan kelompok dan organisasi makin mudah tercapai. Erat berkaitan dengan fasilitator, akan dibahas lebih lanjut bagaimana membangun tim (team building) dan mengarahkan anggota, baik dalam rapat atau kegiatan lainnya sesuai tuntutan organisasi.


Bagaimana cara memfasilitasi yang lebih ’menggerakkan’ & mengembangkan orang?
Banyak pemimpin formal dan informal yang mampu menggerakkan orang, tapi sedikit yang mampu menggerakkan sekaligus mengembangkan. 
Biasanya orang cenderung jatuh dalam dilema: 
(1) menguasai atau dikuasi, 
(2) mengutamakan tujuan atau mengutamakan kebersamaan 
(3) menggerakkan, menguasai, dan kalau perlu memaksa orang mencapai tujuan tertentu atau mematikan diri sebagai pemimpin.

Sebagai fasilitator yang handal kedua kutub dilema itu bisa disatukan asalkan kita tahu caranya. Bagaimana caranya?
Dalam setiap pertemuan dan perjumpaan dengan orang lain, hendaknya menerapkan hal-hal sebagai berikut:

1. dalam setiap pertemuan ajukan pertanyaan-terbuka, misalnya: tentang ini apakah Anda punya pengalaman  yang bisa dibagikan? Bagaimana menurut pengalaman pribadi Anda? Apa yang bisa kita pelajari bersama? Apa yang bisa kita terapkan? Dan sebagainya
2. Libatkanlah seluruh peserta. Jika perlu berilah jeda, atau berhenti sejenak, agar memberi kesempatan peserta untuk berpikir, baik mengendapkan maupun memberi masukan opini, fakta atau data atas topik yang Anda sampaikan.
3. Belajarlah selalu dari kesalahan, anggap aja kesalahan, termasuk metode komunikasi sebagai suatu proses wajar untuk saling memgembangkan. Jangan malah memutus ’jembatan’ karena ada konflik atau perbedaan pendapat satu sama lain.
4. Dengarkan. Dengarkan. Dengarkanlah. Tunjukkan bahwa Anda secara tulus dan sabar mau mendengarkan peserta. Seremeh apapun ide atau pandangannya, biarkan spontanitas yang membimbing setiap ide murni, yang menurut para ahli justru banyak melahirkan ide brilian/master piece.
5. Beri kesempatan peserta untuk berekspresi termasuk mengenai antusias dan/atau ketidaksukaan mereka, biarkan peserta menunjukkan jati dirinya selama tidak menggangu lainnya.
6. Beri kesempatan untuk munculnya pemimpin informal (karena pada dasarnya semua ‘pemilik’ proyek, sama halnya beri peluang munculnya ide, topik tambahan yang mendukung topik utama, dan jangan selalu memaksakan ide anda sendiri.
7. pimpinlah dengan keteladanan, fasilitasi para peserta bukan malah mengadilinya, atau suka main tunjuk sana-sini, sepintar dan sehabat apapun Anda jangan terlalu menonjolkan diri apalagi menggurui.
8. Ucapkan penghargaan dengan cara menyebutkan nama peserta dengan jelas dan tulus, perjelas ide mereka dan kontribusinya bagi topik pembahasan, bahkan jika bagus ajaklah yang lain untuk mengembangkan ide lebih lanjut.
9. Jagalah iklim kepercayaan, rasa aman dan kepercayaan diri peserta sepanjang pertemuan. Dalam hal ini yang banyak berpengaruh justru bahasa dan komunikasi ‘non-verbal’. Mehrabian menyitir pengaruh kata-kata (7%), intonasi dan bahasa (30%) dan non-verbal (70% an)
10. akhiri setiap pertemuan dengan benar dan tanpa ganjalan. Simpulkan dan selesaikan masalah-masalah yang muncul sepanjang pertemuan, termasuk pertentangan pribadi yang muncul selama pertemuan.

1 comment:

  1. Kalo Ke Yogya coba datang dan Berkunjung ke Desa Wisata Kawasan Pasar Perjuangan Srowolan/Sorowulan. Disana ada tiga lokasi outbound sekaligus yg berada dalam satu kawasan ( Banyu Sumilir Outbound Center - Karangasri Odventure Service - Shaba Outbound )
    Post BY PASAR PERJUANGAN SROWOLAN / SOROWULAN

    ReplyDelete

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More